Cegah Radikalisme dan Terorisme, BNPT-FKPT Sulbar Laksanakan Gembira Beragama di Tondok Bakaru Mamasa

Cegah Radikalisme dan Terorisme, BNPT-FKPT Sulbar Laksanakan Gembira Beragama di Tondok Bakaru Mamasa
Pj Bupati Mamasa Dr Muhammad Zein, M.Ag saat menyampaikan sambutan pada acara Bergembira Beragama, Kamis 3 Oktober 2024.

MAMASA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan kegiatan Gembira Beragama.

Kegiatan Gerakan Muda Bangga Bernegara (Gembira) dan Beragama dilaksanakan sebagai upaya untuk mencegah radikalisme dan nepotisme.

Adapun temakegiatan yakni, “Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulewesi Barat Tahun Anggaran 2024”.

Gembira Beragama dilaksanakan di Aulaa Villa The Breeze Tondok Bakaru Mamasa, Kamis 3 Oktober 2024.

Ketua FKPT Sulbar HM Imran Idris dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan Gembira Beragama merupakan Program Kerja FKPT Sulbar tahun 2024 pada Bidang Agama, Sosial dan Budaya.

BACA JUGA:  Gelar Turnamen Nasional Domino, Bahtiar: Cara Kita Menggerakkan Ekonomi di Daerah

Penjabat Bupati Mamasa Dr H Muhammad Zein, M.Ag. dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan Gembira Beragama yang dilaksananakan di Tondok Bakaru Mamasa yang merupakan salah satu desa destinasi wisata andalan Kabupaten Mamasa.

Pemateri Gembira Beragama, Prof Dr Andi Faisal Bakri, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta membawakan materi dengan judul “Pengiatan Resiliensi Masyarakat Dalam Beragama”.

Menururtnya, radikalisme terdapat dalam hampir semua agama, baik agama Samawi (Yahudi, Kristen, Islam), maupun agama Ardhi (Hindu, Budha, Konghucu, Shinto).

Untuk itu, Prof Andi Faisal Bakti, menekankan pentingnya kesadaran akan literasi beragama yang moderat dan menekankan sikap toleran. Salah satunya kegiatan Gembira Beragama dalam bentuk kegiatan yang dilaksanakan BNPT melalui FKPT Sulbar.

BACA JUGA:  Pemprov Sulbar Kolaborasi Perpadi Wujudkan Swasembada Berkelanjutan

“Pemahaman yang tidak utuh terhadap berbagai doktrin dalam agama apapun, akan melahirkan pemahaman yang keliru. Pemahaman yang keliru akan melahirkan inbterpretatif yang dangkal pula.  Salah satu diantaranya adalah penguatan pemahaman secara interbal tentang radikalisme agama,” ujarnya.

Saat ini, kata dia, perang yang terjadi di Palestina telah melibatkan berbagai negara lainnya seperti Iran, Yaman, Yordania dan Libanon. “Ada faham eskatologis seperti konsep akhir zaman yang penuh dengan bencana, peperangan, dan kehancuran sebagai justifikasi membenarkan aksi kekerasan dan intoleransi,” ujarnya.

BACA JUGA:  Komitmen Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis, Bahtiar Bagikan Benih Ikan Nila ke Sejumlah Kades

Juga, lanjutnya, sikap sektarianisme atau fanatisme berlebihan terhadap aliran atau faham tertentu dalam agama. Bahkan, konflik kepemimpinan agama berupa kontekstasi kepemimpinan dan pengaruh baik dalam umat beragama maupun politik bisa memberi pengaruh pada bahaya tersebut.

“Radikalisme terkait agama memiliki sejarah panjang di berbagai bagian dunia dan persoalan kompleks dan multidimensi. Radikalisme berbasis agama menjadi ancaman serius bagi keamanan nasional, stabilitas negara, nilai-nilai kemanusiaan, dunia dan akhirat. Oleh karena itu, memahami isu-isu radikalisme berbasis agama-spiritualitas dan mengembangkan strategi pencegahan menjadi sebuah kebutuhan penting,” tutur Prof Andi Faisal Bakti. (*)