LABUAN BAJO – Bandara berkode LBJ yang diserahkan pengelolaannya kepada swasta telah memasang alat keamanan utama berupa detektor pelacak bahan peledak.
Kendati masih dalam masa pandemi, pemerintah tetap menggenjot perbaikan infrastruktur di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, supaya semakin berkembang dan perekonomian masyarakatnya meningkat. Salah satunya adalah memperluas Bandar Udara Komodo yang dilakukan pada 2020-2021, dengan nilai investasi sebesar Rp3 triliun.
Bandara kelas dua yang telah berdiri sejak 2015 dengan nama awal Bandara Mutiara II itu telah bersalin wajah menjadi lebih segar dan baru sejak diresmikan Presiden Joko Widodo, pada 21 Juli 2022. Landasan pacunya diperpanjang dari sebelumnya berukuran 2.450 meter x 45 meter menjadi 2.650 meter x 45 meter.
Perpanjangan itu membuat bandara yang berdiri di atas lahan seluas 114,1 hektare mampu didarati pesawat berbadan sempit (narrow body) sekelas Boeing 737-800 dan Airbus A320.
Presiden menyebutkan, jika landasan pacu diperpanjang lagi, maka dapat melayani pesawat-pesawat berbadan lebar (wide body) sekelas Airbus A330-300 atau Boeing 777.
“Sehingga pesawat-pesawat penerbangan langsung dari mancanegara bisa turun di Bandara Komodo,” kata Presiden Jokowi.
Bagian apron sebagai parkir pesawat turut diperluas menjadi ukuran 310 meter x 100 meter dan dapat menampung tujuh pesawat yaitu empat pesawat badan sempit dan tiga pesawat baling-baling. Dengan kondisi itu, bandara mampu melayani 28 pergerakan pesawat dalam sehari. Begitu pula bangunan terminal penumpang diperluas mencapai 13.366 meter persegi.
Bangunan berdesain mengikuti siluet komodo dan bercorak rumah adat suku Wae Rebo pada bagian tengah bangunan ini mampu menampung 1,1 juta penumpang per tahun dan menjadi 4 juta penumpang di 2024. Dua unit garbarata atau jembatan mekanik untuk memudahkan akses penumpang ke pesawat menjadi pelengkap terminal penumpang yang berdesain modern dan terdiri dari dua lantai, dihubungkan dengan eskalator dan lift khusus.
Kendati bukan bandara kelas satu seperti Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali, bandara itu sudah menerapkan sistem keamanan canggih. Bandara berkode LBJ yang oleh pemerintah diserahkan pengelolaannya kepada swasta tersebut telah memasang alat keamanan utama berupa explosive trace detector atau detektor pelacak bahan peledak.
Alat pengaman itu telah terpasang di beberapa bandara-bandara besar seperti di Bandara Internasional Sukarno-Hatta Tangerang, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dan Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Alat itu dapat mendeteksi partikel dan asap yang berindikasi bahan peledak seperti Nitroglyserin, TNT, C-4, RDX (Hexogen, Octogan), PETN, ANFO, dan propelan dengan waktu pendeteksian paling lama 10 detik. Hasil deteksi dapat diberikan secara alarm audio dan visual.
Bukan itu saja, detektor canggih itu juga dapat menginformasikan jenis dan identifikasi bahan eksplosif dan bahan lainnya yang terdeteksi. Hasil deteksi dapat ditampilkan di layar monitor tanpa harus menambahkan peralatan lain.
Penambahan alat detektor bahan peledak ini terkait penunjukan Labuan Bajo sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-42, 6-9 Mei 2023. Tak hanya menambah peralatan keamanan, pemerintah juga sejak jauh hari sudah mengatur ulang jadwal penerbangan di Bandara Komodo untuk kelancaran KTT ASEAN 2023.
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pihaknya sudah menyiapkan upaya antisipasi untuk menampung pesawat-pesawat yang membawa rombongan delegasi peserta KTT ASEAN 2023 dari 10 negara anggota ASEAN. Hanya pesawat kepresidenan Indonesia yang diperkenankan parkir dan menginap di Bandara Komodo.
“Bandara Komodo akan menjadi titik pertemuan sementara para tamu negara yang hadir di KTT ASEAN 2023. Kita ingin memberikan kesan yang baik kepada para tamu negara. Sebagai upaya antisipasi, kami menyiapkan bandara alternatif terdekat sebagai tempat parkir pesawat para delegasi, yaitu Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bandara Lombok Praya, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, dan Bandara El Tari Kupang,” ucap Budi Karya.
Diperkirakan akan ada sekitar 1.000 orang delegasi dari 10 negara ASEAN ditambah Timor Leste hadir di Labuan Bajo untuk berkonferensi. Angka itu belum termasuk sekitar 1.500 peliput asing.
Indonesia sendiri memegang keketuaan KTT ASEAN 2023 dan ini adalah untuk kelima kalinya setelah sebelumnya pada 1976, 1996, 2003, dan 2011. Tema KTT ASEAN 2023 kali ini adalah ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.
Penulis: Anton Setiawan