Sentra Tenun Jembrana Model Perkembangan Industri Kreatif

Sentra Tenun Jembrana Model Perkembangan Industri Kreatif

Sentra Tenun Jembrana sekaligus menjadi rumah produksi dan pusat pemasaran terpadu seluruh produk kerajinan masyarakat Jembrana.

Sentra Tenun Jembrana menjadi salah satu tujuan kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Bali, pada awal Februari 2023. Presiden Jokowi menghargai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana didukung Pemerintah Provinsi Bali untuk pengembangan kain tenun dan songket endek di wilayahnya.

“Saya juga sangat menghargai apa yang telah dilakukan oleh bupati dan didukung Gubernur Bali dalam mengembangkan tenun, songket untuk pengembangan industri-industri kecil kain tenun dan songket yang ada,” ujar Presiden Jokowi, di Sentra Tenun Jembrana, Kamis (2/2/2023).

Tak lupa Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana beserta para menteri meninjau dan memilih produk-produk yang ada di Sentra Tenun dan UMKM Jembrana tersebut. Tak lupa, Presiden Jokowi membeli sepasang sepatu sneaker bermotif tenun Jembrana dan Ibu Negara Iriana juga memesan sejumlah kain tenun.

Presiden Jokowi menilai, upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut dapat mendorong perkembangan industri kreatif, terutama industri buatan tangan, untuk dapat berkembang. Termasuk, adanya imbauan pemerintah untuk mengenakan kain tradisional khas Bali setiap Selasa dan busana adat setiap Kamis yang dituangkan dalam peraturan gubernur (pergub).

Awalnya Sentra Tenun Jembrana yang berlokasi di Jl Sudirman tersebut merupakan bekas terminal kargo Jembrana. Sentra yang dibangun dengan anggaran Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali itu diharapkan mampu menampung seluruh kerajinan tenun dan produk UMKM yang ada di Kabupaten Jembrana.

BACA JUGA:  Ustadz Hendri Gunawan Paparkan Empat Karakeristik Kepemimpinan Rasulullah

Sentra tenun yang diresmikan oleh Bupati Jembrana I Nengah Tamba pada Desember 2022 juga merupakan satu-satunya pusat tenun di Bali yang menyediakan tempat untuk menenun kain khas Jembrana. Bupati I Nengah Tamba mengatakan, sentra tenun merupakan jawaban dari untuk produk tenun Jembrana yang masih sering terkendala pemasaran.

Keberadaan Sentra Tenun Jembrana sekaligus sebagai rumah produksi terpadu dan pusat pemasaran terpadu seluruh produk-produk kerajinan yang dihasilkan masyarakat Jembrana. Sesuai fungsinya, maka kawasan itu diharapkan mampu membangkitkan gairah para pelaku usaha mikro, utamanya para perajin tenun untuk mengembangkan usahanya dan terus naik kelas sehingga dapat menyejahterakan dirinya dan masyarakat pada umumnya.

“Saat ini kami sedang mendidik 62 orang anak muda umur 18–25 tahun sebagai perajin tenun dan produk turunannya.”

Menurut Bupati Jembrana, terwujudnya sentra tenun merupakan impian dan salah satu bagian ekosistem terbentuknya tempat-tempat kunjungan wisata di Jembrana. Wilayah Bali bagian barat ini juga kaya akan spot-spot keindahan alam, kelezatan kuliner serta keragaman budaya.

Targetnya, pada 2026 Jembrana diproyeksikan sudah bisa menyaingi kawasan Kuta, Nusa Dua, dan Ubud sebagai destinasi wisata dunia.

BACA JUGA:  Yakinkan Publik PHS-Enny Pilihan Rasional

Khas Jembrana

Endek merupakan kain tenun ikat khas Bali yang mempunyai banyak keunikan. Kain endek mempunyai beragam motif, seperti motif patra dan encak saji yang dianggap sakral, maupun pelbagai motif alam. Motif kain ini terus berkembang, seiring berkembangnya zaman.

Di Kabupaten Jembrana, terdapat motif endek mekepung yang merupakan ciri khas Kabupaten Jembrana. Motif ini dikembangkan oleh para perajin tenun tradisional yang ada di Kabupaten Jembrana.

Endek mekepung mempunyai warna khas kemerah-merahan dan ada motif mekepung di bagian bawahnya. Mekepung atau karapan kerbau merupakan salah satu budaya khas yang ada di Jembrana. Keunikan dari kain itu membuat harga jualnya menjadi cukup mahal. Per meter kain tenun itu bisa mencapai harga Rp100.000-an.

Secara umum, harga jual kain tenun Jembrana bisa berkisar Rp350 ribu sampai Rp4 jutaan, tergantung pada jenis bahan dan motifnya. Selain endek mekepung, produk kain tenun di Jembrana juga dikenal sebagai kain tenun Cagcag.

Kenapa dinamai cagcag? Karena mengikuti bunyi alat tenun tradisional saat membuat motif kain.  Meski secara umum proses pembuatan kain tenun sama dengan daerah lain, motif setiap daerah berbeda. Tenun Jembrana masih mempertahankan teknik tradisional mulai cara membuat dan mewarnai bahan tenun dengan bahan alam.

BACA JUGA:  Pastikan Keberlanjutan Pembangunan Hingga Tambahan Dana Desa Jika PHS-Enny Nahkodai Sulbar

Warna alami itu terbuat dari bahan daun tumbuhan dan kulit batang pohon, seperti daun jambu, daun mangga, daun sawo, daun pohon ketapang dan daun indigo. Selain daun juga ada dari bahan kulit kayu mahoni, kayu bayur, kayu secang, kayu kutuh, dan kunyit.

Setelah benang diwarnai, proses pertama mulai menyiapkan benang dan menggulungnya ke dalam bundar atau jangkar tempat benang. Jumlah benang sesuai dengan jumlah kain yang akan dibuat. Motif bisa menyesuaikan pesanan konsumen.

Proses pembuatan kain cukup rumit dari mulai memasukkan benang dan melakukan penenunan. Untuk motif polos, proses pembuatannya bisa memakan waktu 7 sampai 10 hari, sedangkan untuk motif yang lebih rumit seperti songket, bisa memakan waktu 3–4 minggu.

Produk tenun Jembrana tidak hanya dikenal seantero Bali dan Jakarta, melainkan juga juga sudah diekspor ke Australia dan Amerika Serikat. Pada zaman modern seperti saat ini, wastra atau kain tenun endek sudah biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari.

Bahkan, ada pula yang digunakan sebagai bahan dasar barang kerajinan, seperti tas dan kipas, serta dekorasi interior. Kain tenun digunakan sebagai simbol menyama braya atau ikatan tali persaudaraan dan kerap menjadi cinderamata untuk orang terdekat.

Penulis: Kristantyo Wisnubroto