Jokowi Desak Percepat Transformasi Sepak Bola Indonesia

Jokowi Desak Percepat Transformasi Sepak Bola Indonesia
Pemain Timnas U-20 Arkhan Kaka (kiri) dan Aditya Arya Nugraha (kanan) bersama seorang suporter memegang poster saat mengikuti 'Aksi Duka 1 Juta Pita Hitam' di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2023).

Presiden Joko Widodo meminta semua pihak untuk tidak menyalahkan satu dan lainnya terkait pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 oleh FIFA. PSSI juga diminta mempercepat penyelesaian Peta Biru Transformasi Sepak Bola Indonesia 2023-2045.

Tujuh foto hitam putih menampilkan wajah muram dan sebagian tertunduk dari anak-anak muda berkaus lambang burung garuda di dada kiri mencuri perhatian masyarakat. Foto yang diberi judul “Garuda di Dada Kami Hanya Untuk Indonesia Tercinta” diunggah akun resmi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia di platform media sosial Instagram pada Kamis (30/3/2023).

Hanya 24 jam setelah diunggah, foto-foto itu sudah mendapat tanda “suka” atau like dengan ikon gambar hati hampir mendekati 1 juta kali. Lebih dari 70 ribu pernyataan silih berganti di kolom komentar dari warganet menanggapi gambar yang diunggah.

Foto-foto yang diambil oleh fotografer resmi PSSI itu mengisahkan suasana haru di salah satu sudut ruang Hotel Sultan, Jakarta. Itu terjadi hanya beberapa jam setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dalam website resmi mereka, Rabu (29/3/2023), membatalkan posisi Indonesia sebagai tuan rumah putaran final Piala Dunia U-20 tahun 2023, 20 Mei-11 Juni 2023.

Sedangkan mereka yang ada di dalam foto tersebut adalah anak-anak muda terpilih yang akan mewakili Indonesia untuk tampil di kandang sendiri dalam perhelatan yang akan diikuti oleh 23 tim nasional dari negara-negara di lima benua.

FIFA dalam pernyataannya menyebutkan bahwa pembatalan itu terjadi usai pertemuan Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir di Doha, Qatar, Rabu (29/3/2023).

Induk sepak bola dunia itu tidak menjelaskan alasan pasti pembatalan dan hanya memakai kalimat “perkembangan terkini” dalam salah satu paragraf pernyataan perihal tersebut. Hokky Caraka dan kawan-kawan pantas untuk kecewa atas keputusan tersebut.

Karena mereka sudah mempersiapkan diri sejak setahun terakhir agar bisa tampil di hadapan pendukung sendiri dalam sebuah kompetisi sepak bola dunia khusus usia di bawah 21 tahun.

Perasaan sama melingkupi sanubari masyarakat dan pecinta sepak bola di tanah air atas keputusan FIFA tersebut. Pelatih skuad Garuda Nusantara, Shin Tae-yong sampai tidak habis pikir dengan keputusan pihak Infantino.

“Saya dan anak-anak pantas kecewa. Saya pernah menjadi pemain dan tahu benar apa yang dirasakan anak-anak. Kami sudah menyiapkan ini semua sejak 3,5 tahun lalu. Saya heran mengapa FIFA tidak menjelaskan alasan turnamen ini dipindahkan dari Indonesia,” ujar pelatih kenamaan asal Korea Selatan itu.

Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali pun telah meminta maaf kepada Tae-yong dan skuad Garuda Nusantara karena batalnya Indonesia menjadi tuan rumah dan tidak tampilnya wakil Merah Putih di rumah sendiri.

Menurut mantan Menteri Pemuda dan Olahraga yang mundur awal Maret 2023 lalu setelah terpilih dalam kepengurusan PSSI tersebut menyatakan, Indonesia harus berbesar hati menerima keputusan induk sepak bola dunia beranggotakan 126 negara tersebut.

“Saya rasa kita semua pasti kecewa dengan pengumuman FIFA. Tapi mereka tentu sudah memiliki pertimbangan tersendiri berdasarkan Statuta FIFA,” ucap Zainudin ketika menemui timnas U-20 Indonesia, Kamis (30/3/2023).

Hal serupa turut disampaikan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya telah meminta Erick Thohir untuk menemui tim FIFA guna mencari solusi terkait pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia. Ini menyusul meningkatnya penolakan terhadap keikutsertaan timnas Israel pada perhelatan kali ini.

Israel lolos ke Indonesia setelah menjadi finalis dalam Kejuaraan Eropa U-20 di Slovakia, 1 Juli 2022 lalu. Pada babak final, Israel kalah dari timnas Inggris 1-3. Presiden pun mengaku kalau dirinya juga kecewa, namun ia meminta semua pihak untuk tidak saling menyalahkan dan menghormati keputusan FIFA tersebut.

“Tentunya kita harus menghormati keputusan tersebut. Saya tahu keputusan ini membuat banyak masyarakat kecewa. Saya pun sama juga merasakan hal itu, kecewa dan sedih. Tapi, jangan menghabiskan energi untuk saling menyalahkan satu sama lain. Sebagai bangsa yang besar, kita harus melihat ke depan dan jangan melihat ke belakang.

Jadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga bagi kita semuanya, bagi persepakbolaan nasional,” tegas Presiden ketika memberikan keterangan saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (30/3/2023) seperti dikutip dari akun Youtube Sekretariat Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden juga telah meminta Erick Thohir selaku Ketum PSSI untuk berupaya maksimal agar Indonesia tidak mendapatkan sanksi dari FIFA. Termasuk untuk tetap bisa menjadi tuan rumah eventevent sepak bola internasional lainnya.

Ini adalah untuk ketiga kalinya FIFA membatalkan perhelatan Piala Dunia U-20 setelah sebelumnya di bekas negara Yugoslavia pada 1993 dan Irak, tuan rumah Piala Dunia U-20 2003. Pembatalan terjadi karena situasi politik di kedua negara sedang dalam kondisi peperangan.

Sedangkan terkait sanksi, Indonesia pernah menerimanya pada kurun 2015-2016 ketika Menpora saat itu Imam Nahrawi meminta pembekuan pengurus PSSI. FIFA pun berang karena tindakan Imam Nahrawi itu melanggar Statuta dan menjatuhkan sanksi larangan bermain kepada timnas Indonesia dan klub-klub di tanah air selama dua tahun untuk berlaga pada pertandingan sepak bola di seluruh dunia. Sanksi itu membuat peringkat Indonesia di sepak bola dunia melorot tajam.

Pembenahan

Ketum PSSI Erick Thohir menyatakan bahwa fokusnya saat ini adalah menunggu hasil pertemuan sidang FIFA untuk menentukan sanksi kepada Indonesia yang diperkirakan bakal diumumkan hasilnya oleh pihak Infantino beberapa hari ke depan. Setelah itu, ia akan kembali terbang menemui FIFA sekaligus menyampaikan Cetak Biru Transformasi Sepak Bola Indonesia dan keinginan Indonesia untuk tetap menjadi bagian dari keluarga besar sepak bola dunia.

Demikian disampaikan Erick yang juga Menteri BUMN usai menyerahkan surat resmi Infantino kepada Presiden di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (31/3/2023) seperti terpantau dari kanal PSSI TV di Youtube. Ia sekaligus melaporkan pertemuan dengan FIFA yang menghasilkan pembatalan Indonesia selaku tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

“Presiden berpesan dua hal kepada saya. Pertama, untuk mempercepat Cetak Biru Transformasi Sepak Bola Indonesia, dan menyampaikan kepada Presiden FIFA bahwa Indonesia tetap ingin menjadi bagian dari keluarga besar mereka. Selain itu, Presiden ingin mengundang seluruh anggota timnas U-20 ke Istana dalam 1-2 hari ke depan,” ungkap Erick.

Ia juga menyatakan bahwa dalam Cetak Biru Transformasi Sepak Bola Indonesia yang disiapkan sampai 2045 bertepatan 100 tahun kemerdekaan RI, harus jelas apa yang ingin dicapai dengan setiap tahapannya yang rinci. Sehingga, lanjut Erick, jelas arah dan tujuannya apakah hanya ingin sekadar jago kandang atau ingin berprestasi lebih tinggi.

Selanjutnya, mantan pemilik klub sepak bola Serie A Italia, Inter Milan tersebut menyatakan pascaperistiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kota Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022 lalu, Presiden memerintahkan dilakukannya audit terhadap kondisi stadion di seluruh Indonesia. Audit dilakukan untuk mengetahui apakah stadion sesuai standardisasi sepak bola nasional dan internasional.

Dalam hasil audit yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, diketahui bahwa ada 22 stadion dalam kondisi rusak ringan hingga berat. Secara bertahap, seluruh stadion tadi akan dibenahi sehingga menjadi lebih layak dipakai untuk bertanding sesuai regulasi PSSI dan FIFA.

Harus Bangkit

Sementara itu, pemerhati sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni berpendapat, keputusan FIFA terkait pembatalan Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 2023 bukanlah akhir dari segalanya. Ada banyak hal positif yang mesti dilihat sejak terpilihnya Indonesia oleh FIFA sampai dengan keputusan kontroversial tersebut terbit. Pertama, semakin banyaknya bermunculan pemain muda berbakat dari seluruh Indonesia serta hasil naturalisasi yang didapat oleh Shin Tae-yong dan para asisten pelatihnya.

Selain itu, kesediaan Shin Tae-yong melatih pemain-pemain masa depan Indonesia sejak 28 Desember 2019 menjadi alasan lain. Ia pernah mengejutkan dunia karena sukses memulangkan lebih awal juara bertahan timnas Jerman pada babak penyisihan Piala Dunia 2018 turut menjadi perhatian.

Mantan pelatih timnas Korsel itu mampu memompa semangat Son Heung-min dan kawan-kawan untuk tak gentar menghadapi Mesut Ozil Cs yang berstatus juara Piala Dunia 2014. Lewat tangan dingin Tae-yong, Korsel menang 2-0 dan membuat malu Jerman karena tidak lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2018.

“Pelatih Shin Tae-yong sudah dikenal mampu memoles bibit-bibit muda menjadi pemain tangguh dan disegani lawan. Kemudian, kita juga melihat bagaimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkomitmen menyiapkan enam stadion supaya layak memainkan pertandingan kelas dunia dengan supervisi langsung dari FIFA. Kualitas stadion-stadion menjadi jauh lebih baik. Setidaknya kita mempunyai banyak pilihan ketika harus menggelar sebuah pertandingan atau turnamen internasional,” tegasnya ketika dihubungi.

Ia pun sepakat dengan pernyataan Presiden bahwa keputusan FIFA harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Komentator sepak bola nasional ini berharap, FIFA tidak menjatuhkan sanksi berat kepada Indonesia karena hal itu akan menutup peluang pemain-pemain nasional untuk membela Merah Putih di arena internasional.

PSSI juga diminta segera memotivasi kembali skuad Garuda Nusantara untuk bangkit dan selalu siap tempur menghadapi setiap turnamen atau pertandingan internasional ke depan meski gagal tampil di Piala Dunia U-20 2023.

Penulis: Anton Setiawan