Satelit SS-1 berhasil diluncurkan pada Sabtu (26/11/2022), pukul 02.20 PM waktu Amerika Serikat (AS) atau Minggu (27/11/2022) pukul 02.20 WIB dini hari.
Kabar menggembirakan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Satelit nano karya anak bangsa, Surya Satellite-1 (SS-1) akhirnya berhasil mengangkasa menggunakan Roket SpaceX Falcon 9 CRS-26.
Roket itu mengemban misi membawa muatan termasuk satelit SS-1 menuju International Space Station (ISS). Peluncuran sukses dilakukan setelah terjadi penundaan peluncuran beberapa hari yang lalu, karena faktor cuaca mendung.
SS-1 meluncur menggunakan kargo Dragon SpaceX menuju ISS, dan akan menjalani proses orbit raising selama kurang lebih 11 hari hingga sampai di ISS. Satelit SS-1 berhasil diluncurkan pada Sabtu (26/11/2022), pukul 02.20 PM waktu Amerika Serikat (AS) atau Minggu (27/11/2022) pukul 02.20 WIB dini hari.
Sebelumnya, wahana angkasa ini dijadwalkan meluncur dari NASA Kennedy Space Center, Florida, AS, Rabu (23/11/2022) dini hari. Misi SS-1 sendiri ialah Automatic Packet Reporting System yang berfungsi sebagai media komunikasi via satelit dalam bentuk teks singkat. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh, serta komunikasi darurat.
SS-1 dikembangkan oleh Surya University dengan dukungan dan supervisi ahli dari Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pusteksat LAPAN) BRIN. Proyek ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), PT Pudak Scientific, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), dan pemangku kepentingan lainnya.
Satelit ini juga dapat difungsikan sebagai pelacak posisi kendaraan, pejalan kaki, kapal nelayan, dan titik panas saat kebakaran hutan. Dalam kaitannya untuk penelitian, satelit dapat digunakan sebagai sarana komunikasi semua laboratorium penelitian di universitas-universitas serta semua amatir radio di Indonesia.
Proyek SS-1 dimulai pada 2016 silam, diawali dengan Workshop Ground Station bersama ORARI. Mock-up satelit pun rampung pada 2018 dengan misi komunikasi amatir.
Biaya pembuatan satelit nano ini sekitar Rp3 miliar termasuk bantuan komponen satelit dari pihak PSN. Peluncuran satelit SS-1 itu dinilai menjadi sejarah bagi industri antariksa nasional karena menjadi satelit pertama yang dikembangkan secara mandiri oleh anak-anak muda Indonesia.
Head of Research Center of Satellite Technology, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Ing Wahyudi Hasbi menyatakan dukungan penuh BRIN terhadap pengembangan teknologi satelit nano. Menurut Wahyudi, peluncuran satelit ini menjadi bukti dari konsistensi para ilmuwan dan pihak-pihak pendukung.
Wahyudi menilai, SS-1 menjadi titik awal yang menunjukkan Indonesia mampu menjadi pionir karya besar yang akan membuka jalan bagi generasi muda Indonesia untuk memajukan satelit bangsa. “Peluncuran SS-1 yang dikembangkan oleh generasi muda Indonesia dengan dukungan seluruh stakeholder adalah salah satu tonggak sejarah baru dalam perkembangan satelit di Indonesia dan memberikan suntikan motivasi pentingnya penguasaan teknologi satelit bagi Indonesia,” ujar Wahyudi.
Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN akan selalu mendukung dan membuka kerja sama dengan universitas dan perusahaan rintisan lokal dalam mengembangkan satelit. BRIN telah mempunyai skema dukungan riset serta fasilitas pengujian dan integrasi satelit.
CEO Pasifik Satelit Nusantara Adi Rahman Adiwoso mengungkapkan, ada empat anak muda yang terlibat dalam pengembangan satelit nano tersebut. Mereka merupakan para insinyur yang bekerja di PSN.
“Satelit SS-1 ini juga merupakan bagian dari visi dan ambisi strategis PSN dalam berkontribusi kepada Indonesia sesuai dengan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan Indonesia yang berskala global. PSN akan terus berinovasi dalam rangka mempercepat konektivitas digital di Indonesia,” ujar Adiwoso.
Tahapan berikutnya yang akan dilalui adalah proses deployment yang juga tak kalah penting dari proses peluncuran. PSN memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan satelit nano yang diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa Surya University sejak 2016.
Sedangkan Kepala Prodi Teknik Fisika Surya University sekaligus Principal Investigator SS-1 Profesor Sunartoto Gunadi meyakini bahwa masa depan industri satelit di Indonesia akan semakin cerah. Adapun dukungan penuh dari PSN dan stakeholder lainnya selama proses pengembangan juga menjadi bukti para pelaku industri bisa menghasilkan ilmuwan-ilmuwan muda yang bisa berkontribusi bagi Indonesia.
“Saya bersyukur atas keberhasilan anak-anak hebat saya, yaitu Zulfa Dhiyaulhaq, Setra Yoman Prahyang, Hery Steven, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, dan Roberto Gunawan, yang bisa menyelesaikan project satelit nano SS-1 ini,” kata dia.
Para anak muda dan teknisi inilah yang mengerjakan proses rancang bangun dan serangkaian pengujian yang terdiri dari payload test, vacuum test, thermal test, vibration test, fitcheck test, functional test, dan handover kepada JAXA untuk diinspeksi dan diintegrasikan dengan sistem peluncur.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto