Kuala Tanjung, Transhipment di Bibir Selat Malaka

Kuala Tanjung, Transhipment di Bibir Selat Malaka

Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai pintu masuk atau keluar barang impor dan ekspor Indonesia, terutama kepentingan wilayah Indonesia Barat.

Keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung, di bibir selat Malaka, di Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara kini semakin penting dan strategis. Pasalnya, lokasi pelabuhan itu berada di jalur padat perdagangan dunia, Selat Malaka.

Sedikitnya 90.000 kapal per tahun, baik jenis panamax maupun sedang, dengan muatan hingga 516,7 juta ton, berlalu lalang di selat tersebut. Wajar saja, saat pelabuhan itu digadang-gadang akan menjadi pelabuhan transhipment atau hubport, yang menjadi pusat perpindahan barang atau muatan dari satu kapal ke kapal lain. Banyak peluang yang bisa ditangkap bila pembangunan pelabuhan itu bisa segera dituntaskan.

Tidak hanya sebagai transhipment port, Pelabuhan Kuala Tanjung juga sebagai pintu masuk atau keluar barang impor dan ekspor Indonesia, terutama kepentingan wilayah Indonesia Barat.

Apa yang dimaksud dengan pelabuhan transhipment atau hubport? Pelabuhan itu berfungsi sebagai transhipment muatan, yang tujuan akhirnya bukan pelabuhan yang bersangkutan. Artinya, pelabuhan itu akan melayani pelbagai pelabuhan sekitar, seperti pelabuhan di Malaysia, Thailand, bahkan Singapura.

Rencana menjadikan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai international transhipment port itu dikemukakan Menhub Budi Karya Sumadi ketika melakukan kunjungan ke pelabuhan yang terletak di Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, Sabtu (24/9/2022).

“Kami berharap, Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, menjadi pelabuhan alih muat barang atau transhipment, yang bisa disinggahi kapal berukuran besar dari sejumlah negara,” ujar Budi Karya.

Sebagai pelabuhan, pelaksanaan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pelabuhan itu dilakukan pada 27 Januari 2015. Penetapan pelabuhan yang diproyeksikan sebagai hubport serta terintegrasikan dengan kawasan industri Kuala Tanjung pun ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 3/2016 dan Perpres nomor 56/2018 tentang Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dan Kawasan Industri Kuala Tanjung.

Tidak itu saja, proyek pelabuhan itu juga merupakan proyek strategis nasional (PSN). Investasi proyek pelabuhan yang direncanakan sebesar Rp34 triliun dengan kapasitas bongkar muat mencapai 60 juta TEUs per tahun. Pelabuhan ini digadang-gadang jadi pelabuhan terbesar di Indonesia Barat, lebih besar dari Tanjung Priok.

Kelak, apa saja fasilitas dan kelebihan yang dimiliki Pelabuhan Kuala Tanjung? Pelabuhan itu akan terhubung dengan jalan tol Trans- Sumatra, serta konektivitas melalui jalur kereta api, dari kawasan industri ke pelabuhan.

Dalam kesempatan kunjungan ke Pelabuhan Kuala Tanjung, Budi Karya berharap, produktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung bisa berjalan optimal, terutama melayani distribusi logistik di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, di Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara.

“Pelayanan Pelabuhan Kuala Tanjung untuk KEK Sei Mangkei sudah terjadi dan akan terus kita tingkatkan. Kita ingin memastikan pelabuhan yang sudah dibangun ini terbukti dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat,” ujar Menhub.

Menhub pun memberikan ilustrasi bahwa dalam dua tahun ke depan akan dibangun sebanyak 10 pabrik di KEK Sei Mangkei, yang diharapkan akan semakin meningkatkan produktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung. “Saya minta pengelola Pelabuhan Kuala Tanjung bersiap meningkatkan pelayanan kepelabuhanan. Sei Mangkei dan Kuala Tanjung saling melengkapi. Jika produktivitas Sei Mangkei meningkat, produktivitas pelabuhan juga akan bertambah,” ujarnya.

Untuk semakin meningkatkan kelancaran distribusi logistik dari Pelabuhan Kuala Tanjung ke KEK Sei Mangkei maupun sebaliknya, Menhub mengatakan, pada bulan depan ditargetkan angkutan kereta api sudah beroperasi. “Menggunakan kereta api akan lebih efisien dan cepat dibandingkan lewat jalur darat yang lebih padat. Dengan kereta api dari Kuala Tanjung ke Sei Mangkei tidak lebih dari 30 menit,” tuturnya.

Lebih lanjut Menhub menjelaskan, bersama Menteri Investasi akan diundang sejumlah stakeholder untuk menyampaikan rencana kerja Pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei pada 2023, dengan capaian produktivitas yang meningkat.

“Sumut adalah daerah yang memiliki banyak potensi, terutama CPO dan Kelapa Sawit. Saya dengar Inalum juga akan melakukan investasi di sini. Dengan sinergi Pelindo dan Inalum ini diharapkan dapat semakin menggeliatkan produktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung,” kata Menhub.

Berkaitan dengan potensi pasar Pelabuhan Kuala Tanjung dengan keberadaan selat Malaka, Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Arif Toha, pada kesempatan yang sama, menyampaikan harapannya agar Pelabuhan Kuala Tanjung bisa mengambil sebagian transhipment market yang ada di Selat Malaka dengan pangsa pasar sebesar 5 persen.

Menurutnya, Pelabuhan Kuala Tanjung menggunakan konsep selfgenerating port, yaitu kargo pelabuhan diperoleh dari kawasan pelabuhan itu sendiri. Selain itu, kargo akan dihasilkan oleh industri-industri yang berada pada kawasan industri yang terintegrasi dengan Pelabuhan Kuala Tanjung.

Rencananya, Pelabuhan Kuala Tanjung akan berkolaborasi dengan Pelabuhan Belawan yang akan menjadi konsolidator kontainer di hinterland Sumatra bagian utara mulai dari Medan, Aceh, dan Tapanuli Utara. Khusus Pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi logistik dan supply chain hub di Indonesia.

Menurutnya, pengembangan Kuala Tanjung dilakukan secara bertahap yang dimulai dengan pembangunan terminal multipurpose yang berfungsi sebagai gateway Sumatra Utara. Dengan pengembangan kawasan industri di Kuala Tanjung akan mendorong kargo terminal multipurpose, sehingga tercipta volume kargo yang optimal sebagai dasar pengembangan pelabuhan hub.

Tahap I Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung, yakni Kuala Tanjung Multipurpose Terminal telah beroperasi. Pelabuhan itu dikelola Pelindo serta dilengkapi dermaga 500×60 m dan trestle sepanjang 2,8 km untuk empat jalur truk selebar 18,5 m.

Kini telah terdapat KEK Sei Mangkei dan kawasan industri lainnya yang beroperasi di Sumatra Utara. Dia pun berharap, kawasan industri itu menggunakan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai pusat distribusi barang dalam mendukung peran Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai hub.

Selain itu, ada beberapa perusahaan besar yang beroperasi di sekitar Pelabuhan Kuala Tanjung. Yaitu, Wilmar, PT Domas Argointi Prima, PT Industri Nabati Lestari, Unilever Oleochemical Indonesia, PT Sumatra Tobacco Trading Company, dan PT Toba Pulp Lestari.

Harapannya, Pelabuhan Kuala Tanjung bisa menjadi pelabuhan transhipment dan national gateway bagi sejumlah komoditas unggulan di kawasan Sumatra untuk pasar ekspor sehingga keberadaan pelabuhan itu memberikan manfaat bagi ekonomi daerah tersebut.

Penulis: Firman Hidranto