BALIKPAPAN – Selain rasa bahagia, tangis haru dan sedih menyelimuti para passandeq sesaat setelah menyentuh bibir Pantai Lamaru, Desa Teritip, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Mengapa tidak? Mereka berangkat nyaris beriringan dari Tanjung Silopo (31 Agustus lalu) lokasi awal dilepasnya sandeq-sandeq tersebut dengan Squad lengkap yakni 35 sandeq.
Namun, setelah melewati berbagai etape, satu persatu sandeq berguguran akibat cuaca buruk yang menahan para passandeq untuk kembali menggulung layarnya.
Sandeq Berlian 99 asal Kabupaten Majene contohnya, mereka terpaksa memutar haluan karena mengalami trouble (kendala teknis) saat hendak bertolak ke Pulau Ambo, cadiknya patah dihantam gelombang atau baratang yang populer di masyarakat Sulbar sehingga membuat sandeq tersebut tidak dapat melanjutkan etape.
Selain itu, sandeq Cahaya Mandar juga memutar balik rutenya, lagi-lagi karena kendala teknis, namun tidak separah sandeq Cahaya 99 sehingga hanya perlu sedikit perbaikan lalu menyusul sandeq-sandeq lain di Balikpapan.
“Ada 2 yang kembali, saat perjalanan dari etape Mamuju ke Pulau Ambo, Sandeq Berlian 99 sudah tiba di Majene, yang satunya akan menyusul kesini (Balikpapan),” kata Muhammad Ridwan Alimuddin, Ketua Tim teknis festival sandeq 2022.
Muhammad Ridwan Alimuddin yang akrab disapa kanda Ridwan itu menyampaikan, Sandeq Cahaya Mandar yang sempat mengalami kendala teknis sudah kembali berlayar dan menyusul passandeq lain di Balikpapan.
“Saya sudah telpon keluarganya, katanya sudah berlayar, tapi berhubung di tengah laut tidak ada jaringan, jadi saya tidak bisa memastikan posisinya sekarang dimana. Tapi pasti akan menyusul,” katanya.
Hal itulah yang membuat Muslim (salah satu passandeq ulung Cahaya Merpati yang ikut di kapal pattonda) berlinang air mata sesaat setelah sandeqnya menyentuh bibir Pantai Lamaru.
Usai menggulung layarnya, beberapa teman-teman media menghampiri sandeq Cahaya Merpati karena kebetulan sandeqnya lah yang tiba pertama di Pantai Lamaru.
“Alhamdulillah kita sampai di jam begini (09:40 WITA), ada beberapa sandeq yang tidak mengembangkan layarnya dan harus di tonda, nanti ada angin baru layarnya kembali dikembangkan,” Dia merasa sangat bangga dan juga diselimuti rasa sedih mengingat rute Pulau Salissingan – Pantai Manggar ini adalah rute yang sangat passandeq idam-idamkan sebelum festival sandeq dimulai.
“Saya sangat merasa sedih karena ada beberapa sandeq yang tidak bisa ikut berlayar karena sandeqnya rusak,” kata Pak Muslim dengan suara bergetar menahan tangis dan mata berkaca-kaca.
Meskipun ia masih terlihat tegar, matanya tidak bisa membohongi kesedihannya, namun demikian penulis yang berdarah Mandar tulen sangat bangga melihat satu persatu sandeq bertengger di bibir Pantai Lamaru Balikpapan, terlepas dari ada beberapa sandeq yang mengalami kendala teknis, Sulbar harus bangga.
Usai sandeq-sandeq tersebut berlabuh, dengan sigap tim medis Pemkot Balikpapan dan tim medis yang sengaja dibawa dari Sulbar memeriksa kesehatan para pelaut ulung dari Mandar itu.
Alhamdulillah kesehatan passandeq juga tidak ada yang mengalami drop, karena di setiap etape dilakukan pengecekan kesehatan, passandeq hanya mengalami kelelahan, itu hal yang wajar. (asm)