Mengembangkan Industri Hilir Kelapa

Mengembangkan Industri Hilir Kelapa

Komoditas kelapa merupakan unggulan kedua setelah sawit. Nilai ekonominya mencapai Rp30 triliun. Produk turunannya terus dikembangkan dan didorong agar mampu berorientasi ekspor.

Sektor pertanian menjadi salah satu pengungkit kinerja ekspor serta berkontribusi pada ekonomi nasional. Sebagai sektor dengan share terbesar ketiga dalam PDB, pertanian terus melanjutkan kinerja positif pada Q2-2022 dengan tumbuh sebesar 1,37% (year on year/yoy) dan pertumbuhan ekspor yang mencapai 24,98% (yoy) atau sebesar USD380 juta per Juli 2022.

Tumbuhnya ekspor sektor pertanian tersebut didukung oleh kinerja subsektor perkebunan yang didominasi komoditas kelapa sebagai unggulan kedua setelah kelapa sawit dengan nilai ekonomi hingga Rp30 triliun. Tingginya ekspor kelapa tersebut berkontribusi terhadap peningkatan output, pendapatan, dan tenaga kerja.

Itulah sebabnya, pemerintah pun berkomitmen untuk dapat terus mempertahankan kinerja komoditas kelapa agar tetap impresif. “Industri hilir kelapa yang memiliki produk turunan yang sangat beragam perlu untuk terus kita kembangkan dan dorong agar mampu berorientasi ekspor. Sehingga, dapat memberikan nilai tambah lebih untuk petani dan menyumbangkan efek pengganda yang besar bagi perekonomian,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat menyampaikan keynote speech virtual dalam webinar nasional “Media Perkebunan dan Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo)”, pada Kamis, 25 Agustus 2022.

Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi kelapa nasional mencapai 2,85 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 1,47% dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar 2,81 juta ton.

Riau menjadi provinsi sentra kelapa terbesar di tanah air dengan produksi hingga 395 ribu ton pada 2021. Setelah Riau, Sulawesi Utara menyusul dengan produksi sebesar 271,1 ribu ton. Daerah penghasil kelapa terbesar di Riau terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir, yang berbatasan dengan Provinsi Jambi. Kabupaten ini menjadi satu-satunya di Indonesia yang menerapkan usaha tani kelapa hibrida pola perkebunan inti rakyat.

Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor kelapa Indonesia, antara lain, Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Singapura, Filipina, dan Malaysia. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia juga menempati urutan pertama sebagai negara produsen kelapa terbesar di dunia dengan rata-rata produksi 18,04 juta ton kelapa.

 

13 Ragam Komoditas

Pada 2020, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian mencatat setidaknya ada 13 ragam komoditas turunan kelapa yang laris di pasar global. Negara tujuan ekspornya pun telah menembus enam benua, mulai dari Asia, Eropa, Australia, Afrika, Amerika Utara, hingga Amerika Selatan.

Hampir seluruh bagian kelapa telah diekspor, mulai dari daging kelapa, air kelapa, tempurung kelapa, sabut kelapa, sampai batang kelapa. Dari sistem IQFAST, tercatat fasilitasi sertifikasi ekspor produk olahan kelapa pada periode Januari–Mei 2020 telah mencapai 463,5 ribu ton ke puluhan negara yang tersebar di 6 benua.

Selain Indonesia, ada empat negara lain penghasil olahan kelapa di dunia. Yaitu, Filipina, India, Brazil, dan Srilanka. Kendati begitu, dari catatan Badan Karantina Pertanian (Barantan) sepanjang 2020, India telah mengimpor olahan kelapa dari Indonesia sebanyak 59,3 ribu ton, Brazil mencapai 1,2 ribu ton. Kemudian Srilanka impor 169,6 ribu ton dan Filipina sebanyak 65,5 ribu ton.

Besarnya minat pasar luar negeri terhadap kelapa, mendorong pemerintah  melakukan upaya pengembangan agribisnis kelapa melalui penyediaan bibit yang berkualitas dan pengembangan industri pengolahan kelapa melalui diversifikasi produk turunan kelapa. Hingga kini, rata-rata produktivitas tanaman kelapa dalam negeri masih berkisar kurang dari 1 ton/ha, sehingga perlu menjadi fokus bagi pemerintah untuk melakukan pengembangan.

Dalam webiner itu, Menko Airlangga menyampaikan, pemerintah juga memberikan dukungan terkait pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh petani kelapa melalui kredit usaha rakyat (KUR). Dengan plafon KUR pada 2022 sebesar Rp373,17 triliun dan bunga 3%, petani dan pengusaha kelapa dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan tersebut untuk melakukan ekspansi dan berinovasi bagi perkembangan usaha.

Menko Airlangga pun mengajak seluruh pihak untuk ikut serta memberikan kontribusi dan berkolaborasi bersama pemerintah dalam mendorong hilirisasi kelapa serta berkomitmen menciptakan iklim investasi perkebunan terutama untuk komoditas kelapa yang lebih baik.

“Kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah tentunya membutuhkan kolaborasi dan kerja sama dari semua pihak agar pengembangan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang besar dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas, termasuk bagi para petani dan pengusaha kelapa,” katanya. (Eri Sutrisno)