Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Indonesia meningkat. Hal itu karena kondisi ekonomi yang dinilai lebih baik dan kuat dibandingkan dengan periode pandemi dua tahun lalu.
Lagi-lagi ada kabar baik ihwal situasi makroekonomi Indonesia, terutama yang berkaitan dengan konsumen. Bank Indonesia menyebutkan Indeks Keyakinan Konsumen pada Agustus 2022 meningkat dibandingkan pada Juli.
Dari rilis Bank Indonesia yang dikeluarkan belum lama ini, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2022 sebesar 124,7 lebih tinggi dibandingkan dengan 123,2 pada Juli 2022. Artinya, konsumen domestik tetap berada dalam suasana optimistis melihat kondisi perekonomian ke depan. Meski, mereka juga menjaga kewaspadaan di tengah situasi yang tidak normal.
Seperti disampaikan Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, meningkatnya optimistis konsumen pada Agustus 2022 didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terindikasi dari indeks ekonomi saat ini (IKE) yang meningkat pada seluruh komponen pembentuknya.
“Dari parameter IKE itu terlihat yang tertinggi pada indeks penghasilan saat ini. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga tercatat meningkat, terutama pada ekspektasi kegiatan usaha ke depan,” ujar Erwin, dalam rilisnya, Kamis (8/9/2022).
Merujuk dari keterangan Bank Indonesia di atas, laporan indeks itu menggambarkan penguatan dari bulan ke bulan. Hal itu berarti, konsumen domestik berada dalam suasana kebatinan yang semakin optimistis.
Pasalnya, IKK Agustus 2022 berada di level 124,7. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan IKK pada Juli 2022 sebesar 123,2. Dari data itu bisa disimpulkan sejumlah hal.
Pertama, laju konsumen domestik tetap memperlihatkan berada di zona optimistis karena IKK berada di atas angka 100. Kedua, peningkatan IKK karena kondisi ekonomi yang dinilai lebih baik dan kuat dibandingkan dengan periode pandemi dua tahun lalu.
Lantas, komponen apa saja yang mendorong IKK tersebut? Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyebutkan, peningkatan IKK Agustus 2022 tercatat pada sebagian besar kategori tingkat pengeluaran, kelompok usia, dan tingkat pendidikan responden.
Pada kategori pengeluaran, keyakinan konsumen tertinggi pada responden dengan pengeluaran Rp4,1 juta sampai Rp5 juta. Sedangkan berdasarkan usia, terutama pada responden dengan usia 31–40 tahun.
Secara spasial, IKK Agustus 2022 terindikasi meningkat di beberapa kota yang disurvei, tertinggi di Kota Padang yang naik 22,1 poin, diikuti Palembang dengan kenaikan IKK sebesar 16 poin, dan Bandar Lampung meningkat 11,9 poin.
Erwin berpendapat, meningkatnya optimistis konsumen pada Agustus 2022 didorong keyakinan mereka terhadap ekonomi saat ini dan ekspektasi ke depan. Hal itu terindikasi dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) yang meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, tertinggi pada indeks penghasilan saat ini serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga tercatat meningkat, terutama pada ekspektasi kegiatan usaha ke depan.
Sementara itu, dia menambahkan, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi terpantau sedikit meningkat, yang terindikasi dari rata-rata proporsi (average propensity to consume ratio) sebesar 73,6 persen dari semula 73,4 persen.
Sedangkan rata-rata proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) sebesar 9,6 persen, sama dengan proporsi pada bulan sebelumnya. Data Bank Indonesia menambahkan proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) sebesar 16,8 persen, lebih rendah dari 17 persen pada Juli 2022.
Bagaimana dengan kelompok pengeluaran? Berdasarkan data Bank Indonesia terpantau rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan meningkat pada sebagian kategori pengeluaran, kecuali pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta dan Rp3,1 juta sampai Rp4 juta per bulan.
Adapun penurunan porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp1 juta sampai Rp2 juta dan Rp4,1 juta hingga Rp5 juta per bulan.
Adapun, IKK Indonesia biasanya juga selaras dengan keyakinan dunia usaha. Kalau dilihat pada Agustus, dunia usaha cukup optimistis menatap perekonomian.
Hal ini didorong oleh melambungnya harga-harga komoditas pertambangan dan penggalian. Keadaan tersebut turut mendongkrak kinerja industri pengolahan.
Bila roda industri manufaktur berputar makin kencang, artinya ada permintaan yang tumbuh. Sehingga, kebutuhan akan tenaga kerja pun turut bertambah. Muaranya, perusahaan akan mendulang untung, yang biasanya akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan karyawan.
Tantangan penguatan IKK Agustus tentu berpotensi terkoreksi menyusul kenaikan harga BBM bersubsidi yang dikatrol pada Sabtu (3/9/2022). Tentu kebijakan itu telah dihitung oleh pemerintah terkait imbasnya bagi penguatan IKK mendatang serta proyeksi pertumbuhan ekonomi pada sisa waktu 2022.
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah bantalan untuk mendongkrak konsumsi masyarakat. Sebagai informasi, kontribusi konsumsi rumah tangga yang menjadi penyangga utama produk domestik bruto pada kuartal II-2022 terpantau hanya 51,47 persen.
Persentase tersebut turun dibandingkan kuartal I-2022 yang mencapai 53,65 persen maupun kuartal II-2021 sebesar 55,07 persen. Kalaulah prediksi kalangan ekonom dan pelaku usaha benar, bahwa dampak kenaikan harga BBM pada penurunan ekonomi akan terlihat 2—3 bulan setelah kebijakan tersebut efektif, artinya masih ada harapan IKK pada September tetap kuat ataupun turun.
Namun seandainya terjadi penurunan, janganlah terlalu menukik. Oleh karenanya, penting bagi pemerintah kini untuk menerapkan strategi fiskal demi mendongkrak daya beli konsumen. (Firman Hidranto)