Indonesia Menarik Minat Investor Otomotif Berbagai Negara

Indonesia Menarik Minat Investor Otomotif Berbagai Negara

Komitmen investasi ditunjukkan sejumlah perusahaan otomotif dari Jepang, Korea, dan Tiongkok dengan mengajukan proposal pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Akhir Juli 2022, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan lawatan ke Jepang mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dalam lawatan itu mereka berhasil memegang komitmen sejumlah perusahaan otomotif negeri jiran untuk terus meningkatkan investasinya di Indonesia.

Dalam pertemuan Menko Perekonomian dan Menperin bersama para pimpinan perusahaan otomotif di Jepang, misalnya, diperoleh komitmen investasi dari Mitsubishi Motor Company (MMC) sebesar Rp10 triliun, yang akan direalisasikan sejak 2022 hingga 2025. Mitsubishi menyebut, akan merealisasikan komitmen demi menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi mobil hibrida dan meningkatkan pasar ekspor. Termasuk, melakukan perluasan pasar ekspor baru, dari 30 menjadi 39 negara, hingga 2024.

Untuk itu Kemenperin mengapresiasi dan mendukung realisasi komitmen tersebut, serta menyampaikan beberapa harapan kepada Mitsubishi. Antara lain, untuk mempercepat program produksi kendaraan teknologi KBL berbasis baterai atau EV keycar di Indonesia, serta untuk mengekspor kendaraan jenis SUV dari Indonesia ke pasar Australia dalam waktu satu tahun ke depan.

Selanjutnya, ada komitmen dari Toyota Motor Corporation (TMC), yang akan menambah investasi Rp27,1 triliun untuk lima tahun ke depan (2022–2026). Kepada Toyota, Menperin berharap agar pabrikan tersebut mendukung upaya peningkatan penggunaan komponen lokal Indonesia.

“Kami juga meminta para pelaku industri ini untuk meningkatkan penggunaan komponen lokal Indonesia, khususnya komponen dari industri kecil dan menengah (IKM). Hal ini juga kami sampaikan di forum bisnis industri otomotif di Jepang, Juni lalu,” ujar Menperin di Jakarta, Jumat (29/7/2022).

Pelaku otomotif dari Korea Selatan juga menunjukkan keinginan untuk meningkatkan penanaman modalnya di Indonesia. Perusahaan kendaraan asal Korea Selatan, Hyundai, telah mulai memproduksi kendaraan secara massal untuk produk jenis B-SUV, MPV, dan EV SUV di pabrik Karawang, Jawa Barat, sejak Januari 2022. Hyundai juga telah meluncurkan Ioniq 5, kendaraan listrik pertama produksi pabrik tersebut pada Maret 2022.

Pada tahap pertama, Hyundai menginvestasikan USD750 juta di Indonesia dengan total kapasitas produksi sebanyak 150.000 unit per tahun yang di antaranya saat ini digunakan untuk memproduksi EV sebanyak 3000 unit per tahun dan akan ditingkatkan sesuai dengan permintaan. Sementara itu, kini juga sedang dijajaki rencana investasi perusahaan otomotif asal Tiongkok, yakni Chery Motor.

Perusahaan Chery telah bertemu beberapa kali dengan Menperin membahas rencana investasi yang akan mulai berjalan pada 2022 dengan total komitmen investasi sekitar USD1 miliar. Pada 2022, secara bertahap Chery akan mulai memproduksi kendaraan jenis SUV dengan total sembilan model dan di antaranya untuk kebutuhan ekspor.

Selanjutnya, PT Chery Motors Indonesia akan melakukan empat tahapan investasi sampai 2028. “Di 2022, Chery akan mulai memproduksi kendaraan jenis SUV. Kemudian, dalam empat tahap pengembangan hingga 2028, pabriknya akan memproduksi sembilan model, dengan proporsi bagi pasar ekspor juga,” jelas Menperin, dalam keterangan resminya.

Chery telah melakukan komunikasi intensif dengan Kemenperin dan menyatakan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai hub ASEAN dan bagian dari ekspor global perusahaan tersebut. Ada lagi dua perusahaan otomotif lainnya dari Tiongkok yang berencana memproduksi EV, yaitu PT SGMW Motor Indonesia (Wuling) dengan kapasitas produksi 10.000 unit per tahun dan PT Sokonindo Automobile dengan kapasitas produksi 1.000 unit per tahun.

Menperin mengungkapkan, ada banyak investor yang mengajukan proposal untuk berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk industri produsen baterai EV. Salah satunya adalah konsorsium yang terdiri dari Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, LG Energy Solution, dan Indonesia Battery Corporation (IBC). Selain itu, perusahaan Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) bersama Aneka Tambang (Persero) dan IBC juga berkolaborasi untuk menjalankan proyek integrasi baterai EV, mulai dari penambangan dan pemrosesan nikel, produk baterai EV, produksi baterai EV, dan daur ulang baterai dengan total investasi di tahap I sekitar USD6 miliar.

Perlu diketahui, industri otomotif berperan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sampai saat ini, terdapat 21 industri perakitan kendaraan roda empat atau lebih dengan total investasi mencapai Rp139,36 triliun. Investasi tersebut berasal dari Jepang sebesar Rp116,1 triliun (83,31%), disusul Korea sebesar Rp10,54 triliun (7,56%), dan Tiongkok sebesar Rp11,3 triliun (8,11%). Selebihnya adalah investasi dari Uni Eropa dan dalam negeri, yaitu sebesar Rp1,42 triliun (1,02 %).

Pangsa pasar ekspor produk otomotif Indonesia telah menembus lebih dari 80 negara dengan kinerja ekspor pada 2021 mencapai 294 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp52,90 triliun, 91 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp1,31 triliun, dan 85 juta pieces komponen dengan nilai sebesar Rp29,13 triliun. Pada triwulan I-2022, industri alat angkutan mengalami pertumbuhan paling tinggi di antara subsektor industri pengolahan lainnya, dengan capaian sebesar 14,2% (year on year/yoy).

Industri otomotif nasional saat ini didukung oleh 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih, dengan kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun. Industri otomotif nasional menyerap 38 ribu tenaga kerja, serta melibatkan lebih dari 1,5 juta tenaga kerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut, termasuk di IKM bidang komponen. Subsektor industri ini memiliki nilai forward linkage sebesar Rp35 triliun dan nilai backward linkage sebesar Rp43 triliun.

Kemenperin terus memacu pengembangan industri otomotif ke arah kendaraan ramah lingkungan seperti diatur dalam Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (battery electric vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan, dan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2021 tentang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Kendaraan Bermotor.

Upaya akselerasi penggunaan kendaraan listrik juga diperkuat dengan pemberlakuan tarif PPnBM untuk kendaraan dengan teknologi zero emission seperti BEV dan fuel cell electric vehicle (FCEV) produksi dalam negeri yang akan diberikan sebesar 0%. (Eri Sutrisno)