Mengejar Produksi Minyak 1 Juta Barel di 2030

Mengejar Produksi Minyak 1 Juta Barel di 2030

Daya tarik investasi di sektor migas terus ditingkatkan. Di antaranya, dengan memperbaiki aturan fiskal.

Indonesia masih tercatat sebagai negara produsen minyak dan gas, meski kini berstatus net importer. Upaya menggenjot produksi migas dilakukan Indonesia demi memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

Tahun depan, pemerintah telah menetapkan target lifting minyak mentah dan gas bumi, masing-masing 660.000 barel per hari dan 1,05 juta barel setara minyak. Target itu terungkap dari pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika menyampaikan pidato pengantar RAPBN 2023 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna, Pembukaan Masa Persidangan I di Gedung Paripurna DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menetapkan, asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) berada di angka USD90 per barel pada rancangan APBN tahun depan. “Harga ICP diperkirakan akan berkisar pada USD90 per barel,” tuturnya.

Asumsi ICP sebesar itu dengan menggunakan asumsi proyeksi rata-rata nilai tukar rupiah yang diperkirakan bergerak di sekitar Rp14.750 per USD dan rata-rata suku bunga surat utang negara (SUN) 10 tahun diprediksi pada level 7,58 persen.

Tak dipungkiri, target lifting migas dalam RAPBN 2023 memang turun dibandingkan target sekarang. Tahun ini, lifting migas ditetapkan 703.000 barel per hari, sementara lifting gas 1,36 juta barel setara minyak.

Hingga berakhirnya semester I-2022, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat lifting (produksi siap jual migas) tercatat sebesar 616.600 barel per hari. Capaian itu tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan target lifting minyak pada APBN 2022 sebesar 704.000 barel per hari.

Sementara itu, realisasi lifting gas bumi sampai dengan semester I-2022 tercatat 5.326 juta standar kaki kubik per hari (MMScfd). Jumlah itu tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan target APBN 2022 sebesar 5.800 MMscfd.

Dengan demikian, capaian lifting migas pada semester I-2022 tercatat sebesar 1,57 juta barel setara minyak per hari atau hanya mencapai 90 persen dari target sepanjang tahun ini 1,73 juta barel per hari.

Berkaitan dengan penurunan target lifting migas 2023, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut turunnya produksi disebabkan kebanyakan lapangan migas di Indonesia sudah tua. Selain itu, sejumlah penemuan lapangan migas baru masih tahap pengembangan.

“Di sisi lain, untuk melakukan pengembangan ini butuh waktu lama dan modal investasi besar untuk onstream. Sumur-sumur di Indonesia sudah tua. Ini tendensi lifting memang menurun,” kata Arifin, Selasa (16/8/2022).

Janji Genjot Produksi

Namun, Arifin berjanji untuk menggenjot potensi sejumlah lapangan migas, baik yang dikembangkan baru maupun yang sudah tua. Meskipun, untuk melakukan eksploitasi itu membutuhkan waktu yang lama.

“Pemerintah juga terus mendorong investor untuk masuk ke sektor migas, termasuk memperbaiki aturan fiskal guna meningkatkan daya tarik investasi,” tambahnya.

Sementara itu, khusus untuk kinerja migas tahun ini, sebenarnya tidak buruk. Pasalnya, panasnya situasi di Eropa dengan adanya perang Ukraina-Rusia telah mendidihkan harga minyak dunia. Harga minyak dunia yang tinggi telah memberikan dampak yang positif bagi penerimaan negara.

Menurut laporan SKK Migas, hingga Juni 2022 penerimaan negara hulu migas sudah mencapai USD9,7 miliar atau setara dengan Rp140 triliun dan sudah mencapai 97,3 persen dari target penerimaan negara pada APBN 2022 yang ditetapkan sebesar USD9,95 miliar.

“Kami bersyukur di tengah situasi perekonomian nasional yang belum pulih serta masih terkendalanya operasional hulu migas akibat pandemi Covid-19, industri hulu migas tetap mampu memberikan penerimaan negara yang optimal,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada konferensi pers capaian dan kinerja hulu migas Semester I-2022 di Jakarta (15/7/2022).

SKK Migas mengakui realisasi produksi dan lifting masih lebih rendah dibandingkan target APBN. Beberapa penyebabnya adalah adanya unplanned shutdown dan mundurnya penyelesaian proyek strategis nasional hulu migas, proyek Jambaran Tiung Biru dan Tangguh Train 3. Kedua proyek itu masuk dalam perhitungan target lifting APBN 2022.

Meskipun demikian, SKK Migas terus bekerja keras memenuhi target lifting APBN 2022. Hingga semester pertama 2022, institusi yang membawahi kontraktor migas itu telah menuntaskan enam proyek hulu migas sudah bisa diselesaikan dari target 12 proyek di tahun ini.

“SKK Migas menargetkan proyek strategis nasional hulu migas yang akan on stream pada 2022 adalah Jambaran Tiung Biru (JTB) sehingga di sisa 2022, akan terjadi tren peningkatan produksi dan lifting migas nasional,” ujar Dwi Soetjipto.

SKK Migas juga melaporkan sepanjang kuartal kedua 2022 mereka sudah melampaui capaian pada periode yang sama 2021. Misalnya, pengeboran sumur eksplorasi hingga semester I-2022 sudah mencapai 16 sumur, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2021 sebanyak 13 sumur.

Begitu pula pada kegiatan pengeboran sumur pengembangan yang mencapai 348 sumur atau lebih tinggi 87 persen dibandingkan dengan realisasi periode yang sama 2021 sebanyak 186 sumur.

Bahkan, SKK Migas juga mendorong kontraktor untuk merealisasikan work, program & budget (WP&B) 2022 dengan melakukan akselerasi investasi dan pelaksanaan pengeboran sumur eksplorasi maupun sumur pengembangan. Sehingga, langkah itu mampu mendongkrak penemuan cadangan migas.

SKK Migas juga terus melakukan upaya untuk mengubah cadangan migas menjadi produksi dengan mendorong KKKS untuk dapat segera dilakukan plan of development (POD) dari setiap penemuan migas. Sejumlah upaya yang telah dilakukan SKK Migas dan Kementerian ESDM untuk mendongkrak produksi migas tetap patut diapresiasi lantaran tidak mudah dan tidak bisa cepat menghasilkan.

Walau begitu, mimpi merealisasikan target jangka panjang, yakni produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari pada 2030, bukan sesuatu yang tidak mungkin bisa dicapai. (Firman Hidranto)