Menerangi Pulau Messah dengan Listrik Matahari

Menerangi Pulau Messah dengan Listrik Matahari

PLN (Persero) membangun panel surya di Pulau Messah NTT. Listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan oleh 2.000 warga.

Pada Selasa pagi, di 12 Juli 2022, rombongan delegasi Pertemuan Kedua Sherpa G20 dari India, Italia, dan Fiji mampir ke Pulau Messah. Messah adalah sebuah pulau kecil di sekitar Kawasan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Untuk mencapai lokasi itu, diperlukan waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan speedboat dari pelabuhan laut di Kota Labuan Bajo. Di pulau itu terhampar ratusan panel surya yang dibangun PT PLN (Persero) sebagai langkah nyata Pemerintah Indonesia melakukan transisi energi dengan memanfaatkan potensi sinar matahari.

“Ini merupakan listrik pertama bagi masyarakat Messah, setelah puluhan tahun mereka menetap tidak pernah merasakan listrik. PLN hadir memberikan akses listrik yang andal dan bersih,” kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, dalam keterangan di Labuan Bajo, NTT.

PLTS Pulau Messah ini dikenalkan kepada para delegasi Sherpa G20 dalam rangkaian acara pertemuan kedua Sherpa G20 sebagai wujud transisi energi. Pemerintah juga ingin menunjukkan bahwa listrik ramah lingkungan telah hadir di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

PLTS yang di bangun di Pulau Messah ini berkapasitas 530 kWp (kilowatt peak). Pembangkit ini mampu mengalirkan listrik ke 2.000 warga Pulau Messah sejak 2019. Sebelumnya, masyarakat menggunakan lampu teplok untuk penerangan. Ada pula warga yang membeli genset untuk digunakan secara komunal. Untuk mengakses listrik, setiap malam para pengguna harus membayar Rp14.000.

Namun sejak dibangunnya PLTS Messah, masyarakat kini bisa menikmati listrik 24 jam, dengan hanya membayar Rp20.000 sampai Rp50.000 per bulan untuk mengisi token listrik mereka. Hingga akhir 2021, sebanyak 3.001 desa di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah teraliri listrik. Rasio desa berlistrik pun naik dari 95,29% menjadi 96,75% atau naik sebesar 1,49%. Rinciannya, ada 3.353 desa teraliri listrik di NTT dan sisanya, 352 desa, belum berlistrik.

Akses terhadap energi listrik yang memadai mampu memacu aktivitas masyarakat di Pulau Messah, yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun tumbuh seperti warung kelontong, kios pulsa, dan lainnya hingga anak-anak sekolah juga bisa belajar dengan optimal di malam hari. Banyak nelayan juga sudah membeli mesin pendingin (freezer) untuk mengawetkan hasil tangkapan dari laut serta warga lainnya juga memproduksi minuman dingin.

Sesuai Potensi Daerah

Proyek PLTS di Pulau Messah merupakan salah satu bagian dari strategi PLN untuk meningkatkan bauran EBT di wilayah Pulau Flores. Per Maret 2022, bauran energi yang dilakukan sebesar 15,24 persen berupa pemanfaatan energi surya, panas bumi, dan air.

Pembangunan pembangkit EBT baru merupakan bagian dari langkah menuju transisi energi hijau berkelanjutan. Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan transisi energi dengan membangun berbagai pembangkit EBT sesuai potensi di daerah-daerah.

Di NTT, infrastruktur PLTS serupa sudah tersebar di beberapa daerah lain, seperti di Pulau Kojadoi, Kabupaten Sikka, di Pulau Alor, dan Pulau Sumba. Ada pula sejumlah proyek pembangkit EBT lainnya, yang kini masih dalam proses studi kelayakan.

Proyek-proyek EBT juga dibangun di berbagai daerah di tanah air berupa pembangkit tenaga angin, tenaga air, dan lainnya yang mencerminkan langkah nyata Indonesia terus bergerak menuju penggunaan energi hijau secara masif. Perlu diketahui, transisi energi merupakan salah satu isu krusial yang diangkat dalam pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo selama 9–13 Juli 2022. Pertemuan ini dihadiri delegasi 19 negara anggota G20, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional.

Dalam percepatan transisi energi dari fosil ke energi bersih, pemerintah Indonesia berkomitmen tetap menjamin akses energi yang cukup bagi masyarakat. Di aspek energi, Pemerintah Indonesia mendorong agar kondisi elektrifikasi di dunia terus ditingkatkan termasuk aktivitas masyarakat yang menggunakan energi bersih, seperti saat memasak (clean cooking).

Sementara itu, aspek teknologi juga menjadi perhatian untuk terus diperbaharui dari yang tersedia, seperti hydrosolar cell, dan geothermal. Dalam proses transisi energi diperlukan pengembangan teknologi baru seperti hidrogen, arus laut, dan storage untuk menyimpan energi seperti baterai. Selain itu, juga dibutuhkan pendanaan yang memadai untuk pembangunan proyek pembangkit energi baru di mana-mana untuk menghasilkan energi efisiensi. (Eri Sutrisno)