Menparekraf optimistis kunjungan turis asing bisa mencapai 1,8 juta hingga 3,6 juta pada 2022.
Industri pariwisata baru saja mendapatkan kabar yang menggembirakan. Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini melaporkan terjadinya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara per Mei 2022.
Menurut laporan lembaga itu, kunjungan wisatawan per Mei 2022 mencapai 212.330 kunjungan atau melesat 1.382,45 persen secara tahunan, dan pada Januari–Mei mencapai 397.770 kunjungan atau tumbuh 616,40 persen.
Publikasi soal kunjungan wisatawan itu dirilis oleh BPS awal Juli 2022. Bagi pemangku kepentingan dan pelaku bisnis di sektor itu, laporan itu tentu jadi angin segar setelah sekian lama industri jasa itu mengalami keterpurukan.
Mengomentari laporan BPS itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno tentu menyambut gembira. Bahkan, Sandiaga Uno optimistis, kunjungan wisatawan mancanegara atau turis asing bisa mencapai 1,8 juta hingga 3,6 juta kunjungan pada 2022.
Hal ini mengingat hingga periode tiga bulan pertama pada 2022, jumlah wisatawan mancanegara sudah mencapai 390.000 orang. “Saya optimis akan mencapai 1,8 juta sampai dengan 3,6 juta wisatawan mancanegara pada 2022. Januari sampai dengan Mei 2022 sudah ada 390.000 wisatawan dan ini kalau dilihat baru tiga bulan, berarti target tersebut optimis bisa dicapai,” kata Sandiaga di Jakarta, Senin (4/7/2022).
Dengan target 1,8 juta hingga 3,6 juta wisatawan mancanegara, raihan devisa yang bisa dikantongi RI ditargetkan Sandiaga mencapai USD470 juta–USD1,7 miliar pada 2022. “Kita fokus pada pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, dan ke depannya ini akan terus meningkat,” ujar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Di sisi lain, Menparekraf juga menjelaskan, jumlah turis yang berkunjung ke Bali naik sampai 41 persen dari Mei sampai dengan pertengahan Juni 2022. Begitu pun dengan pergerakan maskapai internasional ke Bali, selama Juni sudah mencapai 351 pesawat mulai dari 1–13 Juni 2022. Sementara itu, total wisatawan mancanegara tembus 7.000 sampai dengan 8.000 per hari.
Sandiaga yakin dengan penyelenggaraan event–event tingkat dunia, baik musik maupun budaya, dapat mendorong kenaikan jumlah wisatawan ke depannya. “Saya yakin dengan acara besar tingkat dunia seperti G20 dan beberapa acara besar lainnya, baik itu musik dan budaya, kita akan mampu mencapai target. Kami juga sekarang sedang melakukan review dan dalam waktu dekat kami akan berikan guidance kepada industri,” tuturnya.
Terlepas dari data-data di atas yang memberikan gambaran indah bagi pelaku industri pariwisata nasional, mereka harus banyak belajar dari derita selama terjadinya wabah. Mereka wajib menerapkan strategi baru, selain tetap menomorsatukan sisi pelayanan.
Oleh karena itu, pelayanan adalah yang utama dalam meraih pasar wisatawan mancanegara. Seiring pertumbuhan jumlah kunjungan dari luar negeri ke Indonesia.
Di industri perhotelan, misalnya, wajib menonjolkan keunikan makanan Indonesia. Selain tetap menyediakan menu wajib hotel.
Apalagi, tingkat keterisian hotel sudah naik drastis, terutama di daerah-daerah destinasi wisata, seperti Yogyakarta, Bali, dan Labuan Bajo uang sudah mencapai di atas 75 persen.
Bisa jadi tingkat keterisian yang tinggi itu terjadi lantaran masyarakat melakukan perjalanan liburan pascalebaran, rapat, hingga pernikahan. Oleh karena itu, aktivitas promosi wajib ditingkatkan lagi, terutama promo disesuaikan dengan karakteristik negara asalnya bagi wisman.
Bagi Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengingatkan, pelaku industri yang fleksibel tetap diperlukan mengingat saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Yusran memaparkan, banyak hotel yang menerapkan konsep alam terbuka atau outdoor, terutama di area restoran. Protokol kesehatan pun juga diterapkan secara ketat untuk memberi kenyamanan serta keamanan bagi tamu hotel.
Bicara soal okupansi, PHRI melihat adanya peningkatan dari Januari–Maret 2022 sebanyak 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Mei, tingkat keterisian mengalami peningkatan kembali, mengingat adanya libur lebaran dan cuti bersama yang cukup panjang.
Peningkatan pun terus terjadi lantaran pemerintah memberi pelonggaran terhadap pelaku perjalanan domestik maupun internasional. “Rata-rata nasional, tingkat okupansi perhotelan pada Mei mencapai sembilan persen,” sebut Yusran.
Dari gambaran di atas, adanya indikator pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat penghunian kamar pada Mei 2022 memberikan sinyal bahwa industri pariwisata di dalam negeri sudah menuju pulih. Harapannya, industri pariwisata bisa menunjukkan tren yang terus membaik.
Bila kondisi industri pariwisata secara umum baik, maka tenaga kerja bisa diserap kembali sehingga pertumbuhan perekonomian menanjak kembali. (Firman Hidranto)