JAKARTA – Rencananya, teknologi artificial intelligence (AI) pada instalasi pengolahan air (IPA) di Korsel akan diadopsi untuk menghasilkan air yang langsung bisa diminum di IKN.
Nama Basuki Hadimuljono masuk dalam daftar rombongan besar kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Namun, rupanya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu memilih mendahului Presiden Jokowi ke Korea Selatan dan menunggu di sana. Menteri Basuki punya agenda sendiri di Korea Selatan (Korsel).
Didampingi Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistijanto, Menteri Basuki telah dijadwalkan meninjau Instalasi Pemurnian Air (IPA) atau water purification plant di Hwaseong, pada Senin, 25 Juli 2022.
Menteri Basuki pun berkesempatan menyaksikan secara langsung tata kelola dan seluk-beluk teknis pengoperasian IPA yang berada 45 km dari Ibu Kota Seoul itu.
IPA Hwaseong merupakan unit produksi air minum pertama di Korsel, yang dikelola dengan smart system berbasis AI. Instalasi ini bisa dikelola secara hemat biaya dan rendah karbon.
Instalasi pengolahan air itu dioperasikan serbaotomatis dengan sistem operasi otonom di mana sistem tersebut bisa memprediksi dan mengontrol penggunaan daya secara real time.
Soal berapa banyak bahan koagulan (pengendap) yang harus dikenakan, sistem AI itu sudah dapat memutuskannya sendiri, dengan mengacu pada observasinya atas kualitas air bakunya.
Demikian halnya tentang waktu yang diperlukan untuk pengadukan pada tahap flokulasi, yakni proses saat material-material mikro yang ada pada air baku saing menempel, membentuk butiran yang lebih besar dan lebih berat.
Seperti disiarkan dalam rilis yang diunggah dalam laman Kementerian PUPR, IPA di Hwaseong itu dioperasikan melalui jurus empat langkah. Yang pertama, sistem IPA itu mengumpulkan data dan analisis tentang sifat-sifat fisik dan kimia air baku tiga tahun terakhir.
Berikutnya, langkah kedua, pengembangan algoritma yang terdiri dari otomasi fasilitas, machine learning dan deep learning.
Langkah ketiga, pengembangan model AI terdiri dari proses pemurnian menggunakan AI dan penyesuaian sistem operasi yang terintegrasi. Pada tahap ini, sistem AI akan mencatat input soal jumlah dan jenis bahan untuk flukolasi, waktu pengadukan, dan proses filtrasi agar menghasilkan output yang diharapkan.
Langkah keempat, uji coba operasi yang terdiri dari modifikasi AI, optimalisasi AI, dan operasi real time. Dengan teknologi ini, pengoperasian bisa menghemat biaya, energi, serta mencegah insiden dan human error.
IPA Hwaseong memiliki kapasitas produksi 3.000 liter per detik untuk melayani 762 ribu pelanggan di Kota Hwaseong dan sekitarnya.
‘’Kami sudah melihat di Hwaseong, adanya water purification plant, yang menurut saya ini adalah the best available technology yang sudah berhasil diaplikasikan oleh Korea Selatan. Hasilnya ialah air olahan yang siap minum, drinkable, dan sangat reliable karena sumber airnya dari bendungan yang bersih,’’ ujar Menteri Basuki.
Proses pengolahan air bakunya itu sendiri menggunakan teknologi konvensional. Yakni ada tahap sedimentasi guna mengendapkan material kasar (lumpur) yang ada dalam air baku. Berikutnya ada tahap flokulasi, yakni pengadukan agar bahan-bahan cemaran halus yang berukuran mikro (bahan organik) saling bertaut, membentuk butiran yang lebih besar.
Proses flukolasi itu biasanya menggunakan bahan koagulan seperti bubuk kapur. Hasil akhir proses flokulasi dan koagulasi adalah pengendapan bahan-bahan pencemar air. Langkah berikutnya ialah penyaringan (filtrasi) dengan bahan karbon aktif.
‘’Pengolahan akhirnya dilakukan dengan metoda ozonisasi,” kata Menteri Basuki. Ozonisasi ini akan menghilangkan jenis segala bakteri dan mikrobiota yang ada dalam air olahan.
Gas ozone juga bisa dihasilkan di tempat itu dengan mengalirkan udara ke dalam sebuah medan listrik tegangan tinggi. Ozone (O3) efektif membunuh bakteri ketimbang bahan disinfektan Khlorin yang selama ini digunakan di banyak instalasi pengolahan air minum (IPAM).
Rangkaian proses dalam IPA itu memerlukan kecermatan tersendiri agar efisien dan memberikan hasil terbaik. Dengan variabel air baku yang sangat fluktuatif mutunya, penggunaan sistem AI akan sangat membantu. Algoritma yang dioperasikan AI akan bisa memberikan tindakan-tindakan teknis yang terbaik.
Pembangunan IPA merupakan salah satu butir kesepakatan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan, untuk pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Menteri Basuki mengatakan, pada tahap awal, IPA di IKN Nusantara direncanakan berkapasitas 600 liter/detik, di mana 300 liter/detik akan dibangun dengan hibah dari Korea Selatan pada 2023. Adapun yang 300 liter/detik lainnya akan dibangun oleh Kementerian PUPR melalui dana APBN.
Air baku IPA untuk IKN ini akan dialirkan dari Bendungan Sepaku Semoi, yang saat ini masih dalam tahap konstruksi. Akhir 2022 ini diharapkan Bendungan Sepaku bisa rampung. Kelak, produk air dari IPA Sepaku Semoi itu bisa menghasilkan air keran aman dan bisa langsung diminum alias drinkable. (***)