BALI – Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi selaku focal point Senior Official Meeting on Rural Development and Poverty Eradication (SOMRDPE) mengajak tiga Negara ASEAN yaitu Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Ketiga negara ASEAN itu diajak untuk hadir secara langsung, berdiskusi dan melihat praktek, baik yang dilakukan oleh BUMDES-da Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali, dalam pengelolaan wisata di wilayahnya pada 20 Juli 2022.
Kegiatan ini sebagai rangkaian fasilitasi Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Desa, PDTT dalam rangka Regional Forum on Village Resources Mnagement for Rural Development and Poverty Eradication yang dilaksanakan di wilayah Provinsi Bali.
Tema yang diusung dalam kegiatan tersebut antara lain adalah tentang kondisi desa wisata, keterlibatan masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat dan membangun jaringan desa wisata di kawasan ASEAN.
Bupati Badung dalam sambutannya yang diwakili oleh Sekda Kabupaten Badung mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Kementerian Desa, PDTT atas penunjukan Desa Kutuh sebagai Site-visit perwakilan negara -negara ASEAN, dan Kementerian/Lembaga terkait.
Sekda Kabupaten Badung bahkan mendukung atas kebijakan Kemendes PDTT bahwa Desa sudah layak diberikan kesempatan, kepercayaan untuk penyelenggarakan event-event /agenda International.
Desa Kutuh sudah memiliki sarana dan prasarana pendukung serta SDM yang mumpuni. Tentunya hal ini sejalan dengan Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dimana desa tidak lagi diposisikan hanya sebagai objek pembangunan tetapi juga sebagai Subjek Pembangunan desa dan perdesaan.
Direktur Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Sugito dalam kesempatan sambutannya menyatakan “Sejatinya tidak ada desa miskin, melainkan yang ada adalah desa yang belum menemukenali potensi sumberdayanya untuk dikelola dalam meningkatkan Kesejahteraan masyarakatnya”.
Lebih lanjut disampaikan bahwa dalam membangun desa dibutuhkan tiga keseimbangan hubungan yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan Alam.
Desa Kutuh dengan potensi wisatanya seperti Pantai Pandawa yang terletak dibawah tebing batuan Kars dengan Panjang sekitar 3 km, mulai dikelola oleh BUMDES-da (BUMDES-Desa Adat) sekitar tahun 1995 an, telah mempekerjakan kurang lebih 500 orang mayarakat lokal dan memiliki 200 unit usaha kecil.
Mampu meningkatkan perekonomian desa, yang semula adalah desa miskin dengan kondisi topografinya bebatuan yang gersang, menjelma menjadi desa dengan pendapatan yang fantastis.
Kondisi inilah yang membuat takjud perwakilan negara Vietnam, Thailand dan Malaysia yang hadir, yang juga memiliki program pembangunan desa di negaranya.
Dalam kesempatan diskusi, perwakilan negara Malaysia bahkan mengajak desa Kutuh untuk bekerjasama program pelatihan bagi kepala-kepala desa Malaysia, baik dalam bentuk bencmarking maupun program sejenisnya. Juga sebaliknya, bisa dilakukan kunjungan desa Kutuh ke Desa-desa Negara Malaysia.
Perwakilan Vietnam bahkan terkesima atas majunya desa Kutuh dalam bisnis wisata yang dilakukan BUMDES-da. Menurutnya, “Terus terang belum ada kondisi desa-desa di Negara Vietnam yang sepadan dengan Desa Kutuh,” begitu ujarnya.
Menurut Kepala Desa Kutuh I Nyoman Mudana, kunjungan wisata sebelum terjadinya Pandemi Covid 19 mencapai 20 ribu orang wisatawan. Namun sejalan dengan berkurannya wabah Pandemi covid 19 saat ini rata-rata dikunjungi oleh 5 ribu wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Pandemi Covid 19 yang melanda secara Global, memberikan hikmah yang luar biasa bagi Masyarakat Desa Kutuh, yang selama ini hanya mengandalkan pengelolaan desa wisata.
Ke depan perlu diprogramkan diversifikasi usaha masyarakat seperti usaha pertanian , karena terdapat potensi lahan pertanian sampai 30% dari total luas wilayahnya. Sehingga bisa memasok produk pertanian terutama kebutuhan wisata lokal dan ke wilayah lainnya.
Hal menarik pengalaman dalam pengembangan inovasi yang dilakukan Desa untuk mengentaskan kemiskinan adalah semangat 3 K yaitu harus ada Kemauan, Kemampuan dan Keberanian.
Itu yang dicetuskan para pendahulu tokoh Desa yang sampai saat ini telah menjadi semboyan dalam membangun desa Kutuh.
Dalam hal keberanian sebagaimana yang dijelaskan oleh Kades Kutuh, para pendahulu tokoh masyarakat sebelumnya bahkan sering disebut “GILA” karena terlalu beraninya dalam mengimplementasikan program terutama untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Untuk kemajuan desa semua dipertaruhkan, dan desa Kutuh telah membuktikan bahwa saat ini tidak ada lagi warganya yang miskin bahkan hidup miskin ekstrem. (***)